Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) yang dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar-benar terjadi.[1] [2] Dongeng merupakan bentuk cerita tradisional atau cerita yang disampaikan secara terun-temurun dari nenek moyang.[3] Dongeng berfungsi untuk menyampaikan ajaran moral (mendidik), dan juga menghibur.[3]
Struktur[sunting | sunting sumber]
Dongeng biasanya terbagi menjadi tiga bagian yaitu pendahuluan, peristiwa atau isi dan penutup.[3] Pendahuluan merupakan kalimat pengantar untuk memulai dongeng .[3]Pristiwa atau isi merupakan bentuk kejadian-kejadian yang disusun besarkan urutan waktu.[3] Penutup merupakan akhir dari bagan cerita yang dibuat untuk mengakhiri cerita, kalimat penutup yang sering digunakan dalam dongeng,misalnya mereka hidup bahagia selamanya.[3]
Ciri khas[sunting | sunting sumber]
Dongeng biasanya diceritan dengan alur yang sederhana.[3] Penulisan dongeng ditulis dalam alur cerita yang singkat dan bergerak cepat.[3] Saat menceritakan atau menulis dongeng biasanya karakter tokoh tidak diceritakan secara rinci.[3] Dongeng biasanya ditulis seperti gaya penceritaan secara lisan.[3] Serta pendahuluan dalam cerita sangat singkat dan lansung pada topik yang ingin diceritakan.[3]
Jenis-jenis[sunting | sunting sumber]
Dongeng dapat dibedakan menjadi tujuh jenis, yaitu mite, sage, fabel, legenda, cerita jenaka, cerita pelipur lara dan cerita perumpamaan.[2] Mite merupakan bentuk dongeng yang menceritakan hal-hal gaib seperti cerita tentang dewa, peri ataupun Tuhan.[2] Sage merupakan cerita dongeng tentang kepahlawanan, keperkasaan, atau kesaktian seperti cerita dongeng kesaktian Patih Gajah Mada.[2] Fabel merupakan dongeng tentang binatang yang bisa berbicara atau bertingkah laku seperti manusia.[2] Legenda merupakan bentuk dongeng yang menceritakan tentang suatu pristiwa mengenai asal usul suatu benda atau pun tempat.[2] Cerita jenaka merupakan cerita yang berkembang dalam masyarakat yang bersifat komedi serta dapat membangkitkan tawa contoh Cerita Pak Belalang.[2] [4] Cerita pelipur lara biasanya merupakan bentuk cerita yang bertujuan untuk menghibur para tamu dalam suatu perjamuan dan diceritakan oleh seorang ahli cerita seperti wayang yang diceritakan oleh seorang dalang. [2] Cerita perumpamaan merupakan bentuk dongeng yang mengandung kiasan/ibarat nasihat-nasihat, yang bersifat mendidik contoh seorang Haji pelit.[2] Cerita daerah ialah cerita yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah.[2]
Unsur-unsur intrinsik[sunting | sunting sumber]
Dongeng biasanya mengandung lima unsur intrinsik yaitu tema, alur, penokohan, latar, amanat.[1] [5] Tema merupakan ide pokok dari cerita dan merupakan patokan untuk membagun suatu cerita.[1] [5] Alur merupakan jalan cerita yang diurutkan besarkan sebab-akibat atau pun besarkan urutan waktu.[1] [5] Penokohan merupakan proses penampilan tokoh dengan pemberian watak, dan sifat.[6] Latar merupakan salah satu unsur pembentuk cerita yang menunjukana dimana, dan kapan rangkaian-rangkaian cerita itu terjadi.[2] Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengerang kepada pembaca melalui cerita yang dibuatnya.[2]
Referensi[sunting | sunting sumber]
- ^ a b c d Citra, Petrus (2007). Antropologi. Jakarta: Grasindo. hlm. 118.
- ^ a b c d e f g h i j k l Tim Lumbung Kata.2008.Jurus Jitu Sukses UAS SD 2009. Yogyakarta:Indonesia Tera.20
- ^ a b c d e f g h i j k Agus Trianto.2006.Pasti Bisa Pembahasan Tuntus Kompetensi Bahasa Indonesia.Jakarta:Erlangga.47-48
- ^ Gita Romadhona Dkk.2011.Super Lengkap Bahasa Indonesia SMP. Jakarta:Gagas Media.154
- ^ a b c Joko Untoro Dkk.2011.Target Nilai Rapor 10. Jakarta:PT Wahyu Media.170
- ^ Abdul Rozak Zaidan Dkk.2004.Kamus Istilah Sastra. Jakarta:Balai Pustaka.206
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan kalimat yang sopan