3
Malam ini aku mampu menulis larik-larik paling pedih
Menulis, misalnya 'Malam runtuh dan bintang menggigil di kejauhan'
Udara malam berpusar di angkasa dan bernyanyi
Malam ini aku mampu menulis larik-larik paling pedih
Aku pernah mencintainya, dan sesekali dia pernah mencintaiku pula.
Melewati malam-malam seperti ini, aku merengkuhnya dalam pelukanku
Mengecupnya lagi dan lagi, bernaung langit tak berkesudahan
Dia pernah sesekali mencintaiku, dan aku pernah mencintainya pula.
Bagaimana mungkin aku mampu tak mencintai matanya yang dalam dan tenang?
Malam ini aku mampu menulis larik-larik paling pedih
Mengingat aku tak lagi memilikinya, merasakan kehilangan atas dirinya
Mendengar malam yang mencekam, lebih kejam karena ketiadaannya
Dan bait-bait puisi menghujani jiwa layaknya embun menetesi padang rumput
Tak mengapa bila cintaku tak sanggup menahannya
Langit meruntuh, dan dia tak lagi denganku
Begitulah. Di kejauhan seseorang bersenandung. Di kejauhan
Jiwaku amatlah mati karena kehilangannya
Pandanganku mencarinya seakan akan aku akan pergi menuju kearahnya
Hatiku menelusuri keberadaannya, dan dia tak lagi bersamaku
Malam yang sama, memutihkan pepohonan yang sama
Kami, yang dulu satu, kini tak lagi sama.
Aku tak lagi mencintainya, itu pasti. Namun betapa dahulu aku mencintainnya
Suaraku berusaha menggapai angin untuk menghantar suaraku menuju telinganya
Milik yang lain. Dia akan menjadi milik yang lain. Seperti kecupanku memilikinya dahulu.
Suaranya. Tubuh cemerlangnya. Matanya yang bulat meneduhkan.
Aku tak lagi mencintainya, itu pasti. Namun mungkin aku masih mencintainya
Mencintai sungguh mudah, melupakan tak terkira waktunya.
Karena malam-malam seperti ini sebelumnya, aku merengkuh dia dalam pelukanku
Jiwaku sangatlah mati tanpa kehadirannya.
Mungkin ini akan menjadi luka terakhir yang ia ciptakan dan membuatku menderita
Dan inilah bait-bait terakhir yang aku tulis untuknya
sumber:http://jurnal-mumarifah.blogspot.com