Senin, 03 November 2014

Memahami Keunikan Rumah Adat Toraja

Keunikan yang berasal dari suatu daerah adalah simbol keistimewaan dari dareah itu sendiri. Contohnya rumah adat. Seperti yang kita ketahui tiap-tiap daerah atau lebih spesifiknya tiap-tiap propinsi di Indonesia, terdapat rumah adat dengan ciri khas yang berbeda dan memiliki karakteristik yang unik untuk kemudian mewakili simbol budaya dari daerah tersebut. Salah satunya adalah rumah adat Toraja yang disebut Tongkonan, yaitu rumah adat khas Tana Toraja Sulawesi Selatan ini memiliki nilai budaya yang sangat kental terkait adat istiadat masyarakat setempat.
Kondisi Tana Toraja yang berhawa dingin menjadi alasan terhadap desain arsitektur rumah yang umumnya didasari dengan ukuran pintu dan jendela yang relatif kecil serta dinding dan lantai dari material kayu yang didesain lebih tebal. Demikian juga dengan bagian atap, desain atap rumah adat Toraja terbuat dari susunan bambu yang sangat tebal. Tujuan dari desain konstruksi ini tentu saja agar temperatur udara interior rumah terasa lebih hangat.
Kearifan Budaya Lokal Kosmologi
Gambar Rumah Adat TorajaUmumnya masyarakat Tana Toraja menggunakan konsep kearifan budaya lokal-Kosmologi dalam membangun sebuah rumah, yaitu konsep ‘pusat rumah’ yang merupakan perpaduan kosmologi dan simbolisme. Dalam perspektif kosmologi, menurut masyarakat tradisional Toraja rumah adalah mikrokosmos yang merupakan komponen lingkungan makrokosmos. Pusat rumah dapat didefinisikan menjadi 2 bagian khusus yang ‘meraga’. Dalam hal ini meraga yang pertama sebagai perapian yang terdapat di tengah ruangan dan atap yang menjulang diatas ruang tengah dimana atap menjadi satu dengan asap (father sky). Sementara meraga yang kedua yaitu meraga sebagai tiang atau pilar utama, misalnya a’riri possi di Toraja, pocci balla di Makassar, dan possi bola di Bugis, dimana pilar-pilar menyatu dengan mother earth.
Dalam membangun rumah, masyarakat tradisional Toraja juga berpedoman pada sebuah filososfi kehidupan yang disebut “Aluk A’pa Oto’na”. Filosofi ini mempunyai 4 arti pandangan hidup yaitu: Kemuliaan Tuhan, Kehidupan Manusia, Adat dan Kebudayaan, serta Kehidupan Alam Leluhur. Keempat filosofi ini selanjutnya menjadi dasar terciptanya denah rumah adat Toraja yang berbentuk empat persegi panjang yang dibatasi oleh dinding. Dinding pembatas ini ini juga memiliki makna tersendiri yaitu melambangkan “badan” atau sebuah “kekuasaan”.
Pada masyarakat tradisional Toraja lebih meyakini kekuatan diri sendiri atau “Egocentrum”. Keyakinan ini tercermin dari konsep desain arsitektur rumah yang didominasi ruangan-ruangan tertutup. Kalau terdapat ruang yang terbuka, itupun cukup sempit. Konsep desain arsitektur rumah tradisional Toraja mendapat pengaruh yang cukup signifikan dari ethos budaya yang disebut “simuane tallang” atau sering disebut juga filosofi “harmonisasi”. Yaitu dua buah bambu yang dibelah dan didesain saling terselungkup, sama seperti pemasangan belahan bambu pada bangunan lumbung atau rumah adat.
Tata letak rumah adat Tongkonan selalu berorientasi kearah Utara dan Selatan. Secara detail, bagian depan rumah wajib berorientasi kearah Utara atau menurut adat Toraja disebut arah Puang Matua “Ulunna langi”. Sedangkan rumah dibagian belakang harus berorientasi kearah Selatan atau dipercaya sebagai arah tempat roh-roh Pollo’na Langi”. Sementara dua arah mata angin lainnya yaitu Timur dan Barat melambangkan kehidupan serta pemeliharaan. Arah ke Timur dipercaya sebagai arah Dea atau “Dewata” yang memberi kehidupan dan memelihara dunia dan seisinya. Sedangkan arah Barat dipercaya sebagai arah tempat para leluhur atau Todolo.
Semua orientasi arah mata angin tersebut kemudian diterjemahkan dalam satu keseimbangan. Jika diterjemahkan secara arsitektural, keseimbangan dapat diaplikasikan dalam bentuk bangunan yang simetris. Dari pembahasan ini dapat kita tarik satu kesimpulan bahwa terdapat 3 prinsip dasar dari desain arsitektur rumah adat Toraja yaitu keterikatan, orientasi, dan simetris.
sumber: http://modelrumahidaman.info

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar dengan kalimat yang sopan