Mangrara Banua di Toraja

Salah satu  Adat Istiadat di Toraja yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, adalah Mangrara Banua. Perhelatan adat ini akan digelar jika sebuah rumah sudah selesai di dirikan serta di ukir. Bila sudah tiba waktunya untuk di Rara (Angkat) rumpun Keluarga besar berkumpul untuk membicarakan kapan waktu yang baik untuk dilangsungkannya Mangrara Banua.

Ada yang unik dari Mangrara Banua yang dilakukan keluarga besar keturunan Puang Sangalla' dan Puang Lai' Sa'pang ini. Dari kunjungan kabar-toraja.com melihat kegiatan yang di laksanakan saat Mangrara Banua di Tongkonan Sa’pang tersebut, masih di lakukan secara Adat Alukta (kepercayaan masyarakat Toraja dahulu) atau Aluk Danun atau Diperoukki.

Kegiatan Mangrara Banua di Tongkonan Sa’pang ini masih di laksanakan secara Aluk Danun,  karena keluarga yang tinggal di Tongkonan masih belum memiliki Agama seperti sekarang ini. Acara ritual pun digelar dengan berbagai tahapan. Dimulai dari tanggal 8 Agustus hingga puncaknya tanggal 2 -3 September lalu.

Salah seorang Cucu Puang Laso’Pantan (Puang Sa’pang), Putra dari Almarhum Puang Kapala Rante Allo, yaitu Puang Eric Crystal Rante Allo yang juga Camat Makale Utara, ditemui kabar-toraja.com di lokasi Jumat (2/9/2011) lalu, menuturkan di Tongkonan Sa'pang tersebut masih ada Bate' Manurung (Bendera) dan Parang (golok) Dosso' serta Maniang barang-barang peninggalan Puang Lakipadada tersimpan rapih," ungkap Eric Crystal Rante Allo.

Sejarah Singkat Tongkonan Sa'pang

Atas prakarsa Puang Batu (Puang Limbu Langi’) yang juga Palodang ke-XII yang mempersunting  Puang Lai’Lolo Allo, anak dari Puang Mamullu. Saat itu Palodang pembangunan banua (rumah) yang diberi  nama “Tongkonan Sa’pang”, sebuah rumah yang sudah di sura' (ukir) beratap bambu.

Seperti pada umumnya Tongkonan ini menjadi simbol adat bagi semua orang utamanya Orang Toraja dengan istilah “Tongkonan Sa’pang di gente’ Tarampak Bulawanna Tongkonan Lepan (halaman emas ).

Di Tongkonan Sa’pang inilah mereka tinggal sebagai suami istri dan melahirkan Putra bernama Puang Laso’Rinding ( Puang Sangalla').

Dahulu kala saat  kedatangan Kolonial Belanda ke Indonesia, keadaan Tana Toraja serta merta menjadi kacau. Keadaan tersebut melahirkan lembang-lembang (desa) kecil. Akan tetapi di bagian Selatan masih terdapat Federasi tiga daerah yang cukup terkenal dengan nama “ Tallu Lembangna" (serikat tiga daerah).

Ke tiga serikat daerah itu yakni Makale, Sangalla dan Mengkendek. Puang Laso’ Rinding dalam melaksanakan tugas serta memimpin rakyatnya selalu berpegang pada “ Semangat Persatuan dan Kesatuan berdasarkan Musyawarah dan Mufakat. Sesuai dengan pedoman persatuan di daerah ini” atau yang dikenal dengan ungkapan, “ KADA MISA’NA LEPONGAN BULAN TENGKO SITURU’ NA TO DI POMATARI’ ALLO”.

Puang Laso’Rinding Allo saat itu dikenal suka membela rakyat kecil, serta mengutamakan kepentingan masyarakat banyak. Selain itu dalam keseharian hidupnya selalu sederhana, peramah, jauh dari tindakan sewenang-wenang terhadap bawahannya. Hal ini menjadikannya semakin dicintai rakyatnya.

Namanya menjadi main terkenal saat pergi merantau sampai ke Tana Bugis. Untuk  mempelajari Lontara dan Adat  Budaya Bugis. Selain itu Puang Laso’ Rinding saat jaman bala tentara jepang menguasai Indonesia pernah menjadi seorang anggota “ SYAKAI GIIN (DPRD) Sulawesi Selatan.

Setelah Puang Laso’ Rinding  berkeluarga maka Tongkonan Sa’pang ditinggali oleh adik perempuannya yakni Puang Lai’ Sa’pang. Yang kemudian dipersunting oleh Puang Pantan anak dari Puang Tarongko dari Makale, dan Puang Tanga Layuk dari Rante Dada Tampo Mengkendek.

Dari perkawinan mereka di karunia seorang Putra di beri nama Laso’Pantan (Puang Sa’pang) dengan Gelar Puang Mangngura. Yang kemudian natinya dipersiapkan menjadi Putra Mahkota menjadi Palodang ke XIV oleh Puang Sangalla.

Setelah menginjak dewasa Puang Sa’pang mempersunting seorang putri bernama Puang Lai’ Rante Allo (Puang Randan Salu). Hasil perkawinan dikarunia seorang Putri bernama Puang Lai’ Toding Allo dan seorang Putra bernama Puang Kapala Rante Allo.

Seperti keturunan bangsawan pada umumnya. Puang Sa’pang beberapakali menikah. Diantaranya, Puang Lai’Ranggina yang dikaruniai seorang anak Putra yaitu Puang Salusu, dan Puang Lai’ Urang (Putri Puang Talion), Puang Lai’Ramba (Puang Batualu), Puang Lai’Kabolo’( Puang Batualu), terakhir mengawini wanita bernama Indo’Duma.

Puang Sa’pang setelah menikah dengan Puang Lai’Kabolo, mengangkat seorang Anak di antaranya Batara Londong Allo, A.Sambolinggi’, Lai’Tandi Salusu, dan Lai’Lotong.

sumber: http://kabar-toraja.com