Cerita Ship of Fools bermula di Veracruz, sebuah kota pelabuhan di Meksiko, tempat sekelompok penumpang akan berangkat dalam sebuah pelayaran ke Eropa selama 26 hari.
Cuaca Agustus kala itu panas, dan penduduk setempat, yang tidak menyukai para pelancong melintasi kota mereka, mencoba sedapat mungkin untuk memeras uang mereka. Para pelancong kepanasan, kelelahan, dan putus asa atas penundaan birokratis yang menelantarkan mereka di jalan. Mereka semua ingin naik kapal Jerman Vera itu, yang menunggu di dermaga dan segera meninggalkan kota yang tidak menyenangkan itu, tempat terjadinya kerusuhan buruh dan ancaman revolusi sosial.
Begitulah sedikit cuplikan dari Ship of Fools (Little, Brown and Company, 1962), novel karya pengarang dan wartawan Amerika, Katherine Anne Porter, yang diselesaikan selama dua puluh tahun sejak 1941. Novel satu-satunya buah karya Porter itu menyajikan pandangan pesimistis dan satire tentang manusia.
Gagasan novel itu berasal dari sebuah pelayaran Katherine dari Meksiko ke Eropa pada 1931. Beberapa penumpang di kapal tersebut dijadikan model untuk tokoh dalam novel itu. Adapun judulnya diambil dari sebuah satire Jerman kuno Das Narrenschiff (1494) karya Sebastian Brant. Porter menulis bahwa judul untuk novelnya menyimbolkan "kapal dunia ini berlayar menuju keabadian".
Tokoh-tokoh novelnya terdiri dari penumpang Jerman, Swiss, Spanyol, Kuba, Meksiko, dan Amerika di kelas satu. Adapun di kelas tiga terdapat 876 buruh Spanyol yang dideportasi dari perkebunan gula di Kuba.
Tokoh-tokoh itu memiliki beragam watak. Ada Amparo, anggota kelompok penari Spanyol di atas kapal. Ia cantik tapi judes. Dia pelacur. Lalu ada Frau Greta, yang kadang menumpahkan rasa frustrasinya pada anak lelakinya yang tidak bisa membantu apa-apa.
Novel ini meledak di pasar dan mengantarkan Katherine yang yatim itu terangkat dari kemiskinan. Bahkan Ship of Fools diangkat ke layar lebar pada 1965, di bawah arahan sutradara Stanley Kramer dan dibintangi Vivien Leigh. Porter menjual hak cipta novel ini untuk diangkat ke film sebesar US$ 400 ribu.
Dalam cerpen-cerpennya, juga novelet, Porter banyak menyajikan tema-tema kemuraman hidup, yang mencerminkan kehidupannya sendiri. Sejak kecil Porter hidup penuh penderitaan.
Dia lahir pada 15 Mei 1890 di Indian Creek, Texas, Amerika Serikat, dengan nama Callie Russell Porter. Callie menjadi anak keempat dari lima bersaudara. Ketika masih berusia dua tahun, sang ibu, Alice (Jones) Porter, wafat saat persalinan anak terakhir.
Ayahnya, Harrison Boone Porter, adalah keturunan pionir dan penjelajah legendaris Daniel Boone. Sang ayah tentu saja sangat kerepotan mengasuh kelima anaknya yang masih kecil-kecil itu. Apalagi adik Callie baru berusia dua bulan. Karena itu, Harrison menitip-asuhkan anak-anaknya kepada ibunya (nenek Callie) di Kyle, Texas.
Selama sembilan tahun Callie dan tiga saudaranya (seorang kakaknya meninggal) diasuh sang nenek, Catherine Ann Porter. Pengaruh neneknya yang begitu dalam membuat Callie mengadopsi namanya sebagai nama pena di kemudian hari. Bahkan, karakter kuat pada diri sang nenek menyediakan sebuah model bagi tokoh nenek dalam karya-karyanya.
Dari sang nenek pula Callie memperoleh pengenalan tentang seni bercerita. Sayang, ketika berusia 11 tahun, untuk kedua kalinya Callie harus menghadapi kenyataan tentang kematian orang terdekatnya: nenek tercinta dipanggil Tuhan.
Kehidupan keluarga Callie pun makin susah. Setelah neneknya meninggal, ia dan keluarganya tinggal di beberapa kota di Texas dan Louisiana, nebeng di rumah sanak keluarga atau menempati rumah kontrakan.
Callie menempuh pendidikan di sekolah terbuka gratis di kota tempat keluarganya tinggal. Selama satu tahun pada 1904 ia bersekolah di Thomas School, sebuah sekolah swasta yang diselenggarakan Gereja Methodis di San Antonio, Texas. Ini merupakan satu-satunya pendidikan formalnya.
Usianya masih terbilang remaja, 16 tahun, pada 1906 ketika Callie putus sekolah dan menikah dengan John Henry Koontz, anak orang kaya di Texas. Orang tua Koontz sesungguhnya tidak merestui pernikahan itu. Callie pun rela pindah agama, mengikuti agama suami, Katolik Roma.
Penderitaan belum berakhir.
Amit-amit, perangai suaminya buruk. Ia seorang pemabuk. Pada suatu ketika, dalam keadaan mabuk, Koontz melempar Callie hingga jatuh ke tangga. Pernah pula Koontz memukulnya hingga pingsan.
Tak tahan menghadapi kelakuan suami yang "sungguh terlalu" itu, pada 1914 Callie kabur ke Chicago, tapi hanya sebentar. Kembali ke Texas setahun kemudian, ia bekerja sebagai aktris dan penyanyi. Pada tahun itu juga ia bercerai dengan Koontz pada 1915. Sebagai bagian dari beslit perceraiannya, ia mengubah namanya menjadi Katherine Anne Porter.
Lagi-lagi penderitaan belum berakhir.
Lepas dari deraan Koontz, ia didera penyakit tuberkulosis dan harus menjalani perawatan dua tahun di sanatorium. Namun, hikmahnya, di rumah sakit itulah ia memutuskan menjadi penulis--sebuah titik balik yang kelak mengantarkan Katherine sebagai sastrawan Amerika kenamaan.
Tiga tahun kemudian, 1918, kala itu ia bekerja sebagai penulis untuk Rocky Mountain Newsdi Denver, Colorado, Katherine hampir mati digerogoti flu Spanyol. Ketika keluar dari rumah sakit dua bulan kemudian, tubuhnya lemah dan kepalanya gundul. Ketika akhirnya rambutnya tumbuh kembali, rambutnya yang semula hitam itu telah jadi putih. Pengalaman selama menjalani perawatan menyediakan latar belakang bagi noveletnya, Pale Horse, Pale Rider.
Pada 1919, ia pindah ke Greenwich Village di New York dan bekerja menjadi penulis cerita anak-anak. Radikalisasi politik di New York tahun itu berpengaruh padanya. Pada 1920, ia bekerja untuk sebuah penerbit majalah di Meksiko, tempat ia berkenalan dengan anggota gerakan kiri Meksiko, termasuk Diego Rivera. Di kota itu, ia pun terlibat lebih jauh dalam politik revolusioner.
Dalam periode ini ia juga secara intensif mengkritik agama dan masih demikian sampai sepuluh tahun terakhir kehidupannya ketika ia kembali memeluk Katolik Roma. Walau ia sempat menjadi simpatisan komunis, ia juga berteman dengan seorang pemimpin Nazi, dan ia orang selatan (Texas) yang bergaya hidup kosmopolitan.
Kehidupan pernikahannya buram. Setelah hampir sebelas tahun menjanda, Porter menikah untuk kedua kali pada 1926 dengan Ernest Stock, seorang pelukis dan dekorator Inggris. Tapi, usia pernikahannya sangat singkat. Dia menikah untuk ketiga kali dengan Eugene Dove Pressly, yang sempat dijadikan model tokoh David Scott dalam Ship of Fools. Pada 1938 ia menikah dengan suami keempatnya, Albert Erskine, seorang manajer bisnis berusia 26 tahun di Southern Review.
Porter meninggal pada 18 September 1980 pada usia 90 tahun di Silver Spring, Maryland. Jenazahnya dikebumikan di kampung kelahirannya di Indian Creek, di samping makam ibunya. Bagaimanapun, karyanya terus hidup hingga sekarang. Surat-Surat Katherine Anne Porter terbit satu dasawarsa kemudian.
Ship of Fools, sejak penerbitannya sampai sekarang, mendapat banyak ulasan dan kritik akademis. Novel ini berisi pandangan pesimistik mengenai kondisi manusia, terutama orang-orang Jerman yang digambarkan secara kejam. Dalam novel itu dilukiskan bahwa mereka pada umumnya anti-Semit dan rasis terhadap yang lain, dengan perasaan arogan atas superioritasnya.
Tokoh lain, dengan sedikit pengecualian, juga tidak sedap, misalnya orang Yahudi di kapal. Lalu Orang Spanyol, yang menjadi anggota sebuah kelompok penari, digambarkan sebagai pencuri yang tidak bermoral, mucikari dan pelacur. Ada sedikit cinta sejati di novel ini, walaupun ada banyak komedi dan satire.
Konteks sejarah latar waktu dalam novel itu tahun 1931, hanya dua tahun sebelum Hitler dengan Nazi-nya berkuasa di Jerman. Pada September 1930, setahun sebelum kapal Vera tiba, enam setengah juta penduduk Jerman memberikan suara untuk Partai Nazi. Dan, di dalam novel, Jerman digambarkan sangat anti-Semit.
Porter banyak menggunakan citraan binatang untuk merujuk kepada penumpang kapal. Sebagian terdapat pada bagian pertama novel, saat para penumpang diperkenalkan untuk pertama kali.
Dalam sebuah esainya di Sewanee Review (1963), kolomnis Smith Kirkpatrick mengeksplorasi sejumlah kaitan di antara tokoh-tokoh dalam Ship of Fools. "Ketika Anda membaca novel Katherine Anne Porter, Anda akan menemukan dirimu sendiri di atas Ship of Fools, tidak secara gamblang, bukan melalui identifikasi yang tidak biasa mengenai seorang tokoh, tapi melalui keterlibatan yang lebih halus dengan sebuah tindakan yang familiar," tulis Kirkpatrick.
Sementara itu, sastrawan Amerika Louis Auchincloss dalam tulisannya di New York Herald Tribune edisi 1 April 1962 mengatakan Ship of Folls mendapat ulasan beragam yang tidak biasa: sebagian memujinya dan yang lain menangisinya. Cukup menarik, kata Auchincloss, dua-duanya ada di dalam artikel yang sama.
Lebih lanjut Auchincloss mengatakan, bagi sebagian besar pihak, Ship of Fools sangat diterima dengan baik segera setelah diluncurkan. Beberapa orang terperangah oleh perpindahan Porter dari cerita pendek ke novel, dan mereka memuji karya panjang Porter yang pertama kalinya itu. Mereka salut terhadap imajinasi, karakter, dan detail. Kritik tersebut umumnya terkesan dengan kemampuan Porter untuk menciptakan karakter yang hidup.
Sayangnya, menurut Auchincloss, ada dua faktor yang menjadi penyebab munculnya tanggapan negatif. Pertama, Porter menghabiskan waktu dua puluh tahun untuk menulis novel itu, yang menimbulkan kesan bahwa hasil akhir tidak mempertanggungjawabkan rentang waktu yang dihabiskan. Kedua, ada sejumlah penundaan penerbitan yang tidak terjelaskan yang menciptakan kegelisahan pembaca akan terbitnya novel tersebut.
Ulasan yang muncul sejak peluncuran novel itu, yang lebih negatif, mengeluhkan bahwa novel itu tidak memiliki alur pusat yang nyata dan mereka menyebutnya alur cerita antiklimaks. Apa pun tanggapan negatif itu, Ship of Folls telah menjadi khasanah sastra Amerika yang berharga. Dan, Katherine Anne Porter, dengan karya-karyanya dan kehidupan pribadinya yang penuh warna, pantas dikatakan sebagai sastrawan legendaris.
sumber: http://www.ruangbaca.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan kalimat yang sopan