Wanita muda yang selalu mendampingi Douwes Dekker (DD) itu bernama Nelly Alberta Kruymel. Wanita Indo kelahiran Sumatera Utara, dari ayah seorang Belanda dan Ibu seorang Banten yang tidak pernah ditemuinya. Kisah pertemuannya dengan DD diawali ketika dirinya bertugas sebagai Perawat di Belanda. Ketika itu ia ditawari oleh rekannya untuk mendampingi seorang pria tua yang akan melakukan perjalanan ke Indonesia.”Dia adalah seorang pejuang,” tutur rekannya seorang wanita Indonesia itu. “Dia tidak memiliki apa-apa. Dia memerlukan bantuan, namun tidak ada uang untuk membayar tenaga anda. Bila anda bersedia bergantian dengan saya merawatnya selama perjalanan. Bantuan anda sungguh akan kami hargai”
Nelly menyanggupi permintaan itu. Ia pun sanggup merahasiakan identitas si pria tua yang akan didampinginya selama perjalanan dari Rotterdam menuju Jawa itu. Dari sanalah perkenalan Nelly dengan DD yang berusia sekitar 66 tahun dan nyaris buta itu dimulai. Saat itu Nelly telah memiliki putra dari pernikahannya yang pertama, nama sang anak adalah Keesje.
DD ketika itu baru saja menghabiskan masa pengasingannya di Suriname dan dipindahkan ke Belanda. Kepulangannya ke Indonesia dilakukan dalam satu misi rahasia yang didanai para Pelajar Indonesia di Belanda. Dalam perjalanan, DD menyamar sebagai seorang Radjiman, petani dari daerah Klender yang tidak mampu berbahasa Belanda. Misi ini berhasil.
Setibanya di Indonesia, DD segera dibawa ke Daerah Republik yang berpusat di Jogjakarta. Beliau langsung disambut Presiden RI yang pernah menjadi rekan seperjuangannya, Ir. Soekarno.
Suatu ketika, DD menyatakan kepada Nelly yang selama ini mendapinginya. “Bagaimana kalau anda menyertai kehidupan saya seterusnya ? Sukakah anda menjadi istri saya ?” Nelly tidak langsung menjawab.
Selang beberapa waktu kemudian tibalah Soekarno menemui Nelly. Dia mengulangi permintaan DD. “Nelly, tidak sukakah anda mengorbankan beberapa tahun dari hidup anda untuk menjadi istri seorang Douwes Dekker ? Ia sudah tua dan sakit-sakitan. Kami bangsa Indonesia sangat berutang budi kepadanya. Kami ingin melihat sisa-sisa hidupnya dilewati dalam suasana kebahagiaan. Hanya andalah yang kami harapkan dapat mewujudkan hal itu” ujarnya. Nelly pun menganggukan kepala tanda persetujuan.
Pada tahun 1947 berlangsunglah perikahan DD dan Nelly secara Islam di Masjid Besar Jogjakarta. Saat itu Douwes Dekker merubah namanya menjadi Danudirja Setiabudhi, sedangkan Nelly Alberta Kruymel menjadi Harumi Wanasita dan Keesje menjadi Kisworo. Bertindak sebagai saksi adalah Bung Karno dan Ki Hajar Dewantara. Bung Karno jugalah yang mengajari Harumi untuk mengucap kalimat syahadat.
Sempat ada kericuhan dalam upacara pernikahan. Karena ketika mempelai pria ditanya perihal maskawin, ternyata ia tidak memiliki apa-apa. Maka terpaksalah Harumi merogoh dompet dan mengeluarkan uang sebesar Rp. 10.000,- untuk diberikan kepada calon suaminya guna dijadikan pembayaran maskawin. Uang itu diperoleh Harumi dari hasil penjualan gaun-gaunnya yang dibawa dari Eropa.
Pasca Persetujuan Roem – Royen, Setiabudhi bersama Harumi dan Kisworo kembali menempati kediamannya yang lama di Jalan Lembang No. 410 Bandung (Daerah Cihampelas sekarang). Doktor Danudirja Setiabudhi menghabiskan masa tuanya di sana hingga akhir hayatnya tanggal 25 Agustus 1950. Ia disemayamkan di Makam Pahlawan Bandung.
*Dicukil dari buku “Tuan Kijang” karya Soebagijo I.N.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan kalimat yang sopan