Oleh M Djoko 'Ki Jenggung' Yuwono
SEPAK terjang para petinggi negeri ini menabrak-nabrak seperti Bilung mabuk. Akal sehatnya menjadi tumpul karena mabuk.
Bilung, tokoh raksasa kecil yang berteman dengan para punakawan, sahabat Togog, kelakuannya kerap nyeleneh. Dalam beberapa cerita wayang, Bilung yang punya nama lain Sarawita ini kadang berperan menjadi punakawan yang memihak musuh. Biasanya Bilung akan memberi masukan yang baik kepada majikannya. Tetapi, bila masukannya tidak didengarkan oleh majikannya, dia akan berbalik memberi berbagai masukan yang buruk.
Gayanya sok jagoan, padahal tanpa mabuk pun dia itu lola-lolo,mbangbung, dan bego. Mirip kera disumpit, celingak-celinguk tak mengerti harus berbuat apa terhadap siapa yang menyumpitnya. Apalagi ditambah mabuk. Maka, catatan dalam kitab suci menyebutkan bahwa barang siapa mabuk, maka diharamkan menjalankan kewajibannya.
Rame-ramenya mereka mabuk (kekuasaan-jabatan-kewenangan) , atau mabuk bersama membuat rakyat melihat kelucuan-kelucuan yang terjadi. Repotnya, kelucuan yang tidak lucu. Bagaimana lucu kalau rakyat menjadi ragu melihat pemimpinnya seperti dungu, walau konon telah belajar sampai tinggi dan bergengsi? Lalu, mereka jatuh hanya karena ingin tetap di atas singgasana. Jatuh martabatnya, karena kebohongan-kebohongan atau memanipulasi keputusan-keputusan.
Tampuk pimpinan tertinggi seolah-olah menutup mata. Itu membuatnya menabrak-nabrak, dan awas... bisa masuk ke dalam jurang: Plung!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan kalimat yang sopan