Temon baru saja dipanggil Kapten Bejo setelah
semalam tertangkap basah sedang mabuk-mabukan dengan kawannya di kompleks
lokalisasi. Dalam pembelaannya, polisi berpangkat Kopral itu bilang,”Untuk
mengetahui kotornya sampah, kita harus mendatangi tempat sampah. Untuk
mengetahui kedalaman sungai, kita harus masuk ke dalamnya juga pak. Dan
untuk….”
“Untuk tahu para pemabuk kamu juga harus
mabuk?!”Potong Kapten Bejo.
“Iya pak.” Jawab Kopral Temon.
“Kalau kamu ikut mabuk, apa yang kamu lakukan
selanjutnya?! Apa kamu bisa menangkap orang-orang yang juga ikut mabuk itu?!”
“Nah. Itu dia pak. Sebenarnya, setelah itu saya
mau nangkap mereka. Tapi keduluan ikut ditangkap dan dibawa ke kantor.”
Kapten Bejo geleng-geleng kepala mendengar
jawaban anak buahnya seperti itu. Karena tidak mau bertele-tele, Kapten Bejo
menjatuhkan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan Kopral Temon. Dia harus
menjalani hukuman kurungan selama seminggu.
“Jangan dimasukan ke sel sendirian, gabungkan
saja dengan tahanan lain biar dia tahu rasanya dihukum seperti
para penjahat.” Perintah Kapten Bejo.
“Siap, laksanakan!” Jawab anak buahnya yang
lain.
Baru saja mereka akan membawa Kopral Temon,
tiba-tiba Kopral Temon ikut bilang,“Siap, laksanakan!”
Ucapannya itu tentu mengagetkan kawan-kawannya
dan mereka tidak bisa menahan tawa.
“Kamu itu yang mau dihukum. Kenapa ikut
menjawab?” Tanya mereka.
Kapten bejo tidak ikut berkomentar, dia hanya
menunggu anak buahnya yang paling bengal itu untuk menjawab pertanyaan
kawan-kawannya.
“Apa kalian tidak dengar Kapten bilang apa?”
Tanya Kopral Temon. Tanpa menunggu jawaban, dia menjawab pertanyaannya
sendiri.”Kapten bilang, jangan dimasukan ke sel sendirian, gabungkan saja
dengan tahanan lain biar dia juga tahu bagaimana rasanya dihukum seperti para
penjahat.”
“Lalu?” tanya kawannya lagi dengan wajah
kebingungan.
Sekarang, giliran Kopral Temon yang tertawa
melihat wajah bodoh kawannya yang bertanya.” Kamu itu gimana sih? Jelas-jelas
itu perintah. Bukan saja untuk kalian agar membawaku ke sel, tapi juga untukku.
Kapten ingin aku merasakan rasanya dipenjara bersama para penjahat, biar aku
bisa bicara dari hati ke hati dengan mereka dan tahu isi pikirannya. Kalian
salah kalau menganggap aku sedang dihukum, justru Kapten sedang memberiku tugas
baru.”
Kawan-kawannya kembali tertawa mendengar
jawaban Kapten Temon. Melihat mata Kapten Bejo yang mulai melotot karena
perintahnya tidak segera dilaksanakan, mereka segera menggelandang Kopral Temon
ke dalam sel. Sebelum mereka pergi meninggalkan Kapten Temon sendirian, mereka
berpesan agar Kopral Temon hati-hati di dalam sel.
“Hati-hati ya, kawan satu selmu itu pembunuh
bayaran. Jangan asal bicara.”
“Hahaha…!” Kopral Temon tertawa keras.” Kalian
itu lho, aneh. Kenapa aku harus takut dengan dia? Aku kan polisi, di sini
kawanku kan banyak. Lagian dia itu pembunuh bayaran. Kalau
tidak dibayar, ya tidak membunuh. Ya kan?”
Sekali lagi ucapan Kopral temon menjadikan
kawan-kawannya tertawa. Bukan karena mereka mengakui kepintaran Kopral Temon,
tapi kekonyolannya terkadang 'memang' sulit dibantah. (asw/bharadaksa/juni/2014))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan kalimat yang sopan