Masyarakat Nusantara 'tempo dulu' menjalani kehidupan dengan berbagai
nilai filosofi yang mereka junjung tinggi dan diabadikan melalui simbol-simbol
yang tidak jarang diabaikan oleh masyarakat pada jaman sekarang. Begitupun Rumah Tongkonan yang merupakan Rumah Adat masyarakat
Tana Toraja.
Rumah Tongkonan yang tersebar di seluruh
wilayah Kabupaten Tana Toraja, Toraja Utara, dan beberapa daerah lain di
sekitarnya dibangun dengan dasar filosofis yang sangat kental dengan
nilai-nilai kekeluargaan, kerukunan, dan penghormatan terhadap para leluhur
mereka.
Biasanya, Rumah Tongkonan tidak dibangun oleh
satu orang saja, tetapi melibatkan seluruh anggota keluarga dan kerabat. Mereka
akan menyumbang berbagai bahan pembuatan rumah dengan nilai yang disesuaikan
dengan kemampuan ekonomis masing-masing orang. Hal itu dilakukan agar setiap
anggota keluarga merasa memiliki rumah tersebut, ikut merawat, menjaga, dan
memanfaatkannya tanpa merasa berada di rumah orang lain. Kebersamaan semacam
itu diterapkan untuk menjaga kekerabatan dan kerukunan semua anggota keluarga.
Ketika terjadi perselisihan antar anggota
keluarga, maka masing-masing orang yang bertikai diwajibkan menyembelih kerbau
atau babi, dan Kepala Adat bertugas memimpin perundingan bersama seluruh
anggota keluarga yang bersangkutan. Nilai-nilai semacam itu juga terlihat dari
berbagai ritual adat masyarakat seperti pada penyelenggaraan pesta penguburan
atau rambu solo' dan pesta-pesta lain yang diselenggarakan untuk tujuan
berbeda.
Selain nilai-nilai tersebut, setiap bagian pada
Rumah Tongkonan juga mengandung nilai-nilai lain yang tidak kalah penting. Di
antaranya adalah berbagai ukiran yang ada di setiap dinding. Masing-masing
ukiran mengandung arti yang berbeda. Ukiran berbentuk ayam mengandung makna
bahwa keluarga pemilik rumah berharap ada anggota keluarga yang kelak akan
menjadi pemimpin. Ukiran berbentuk bulan memiliki makna agar ada anggota
keluarga yang mampu menjadi penerang ketika keluarga mereka berada pada
masa-masa gelap/ sedang mengalami kesulitan. Sedangkan ukiran berbentuk
benda-benda langit dan makhluk di bumi memiliki makna yang lebih dalam lagi
karena keberadaan Rumah Tongkonan menjadi penghubung antara seluruh anggota
yang masih hidup dengan leluhur mereka yang sudah meninggal.
"Kalau dengan orang yang sudah meninggal
saja masih ada ikatan yang kuat, apalagi dengan anggota keluarga yang masih
hidup?" Kata Anis yang merupakan keturunan asli masyarakat Tana Toraja
memberi keterangan. (Aris)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan kalimat yang sopan