doa
Pada
batas hari kutelusuri masa lalu
Memasuki
lorong-lorong panjang
Menjumput
jejak terkenang
Di
sana, pada bening airmata
Kutemukan
cahaya kasih membayang
Terapung
di puncak harapan dan lembah masa depan
Menjatuhkan
wajah-wajah silamku
Di
genang doa telaga beku
Makale,
01/09/2014
jelata
Tatkala
langit sedang mendung
Ingin
kutanya Tuhan
Hujan
seperti apakah yang hendak turun
Jika
tangis cukuplah banjir yang kami rasakan hari ini
Di
jalan-jalan kusangsikan tubuhku
Rapat
di antara butiran debu
Seolah
di depan sana ada surga
Tersimpan
di antara besi dan batubata
Di
laci-laci meja
Kusaksikan
kitab tua bersampul dusta
Menyimpan
kisah para perempuan
Menangisi
airsusu yang menjadi salsabila
Namun
airsusu yang putih
Kian
merah menyala-nyala
Membakar
segala rasa manis
Hingga
kering menjadi sesatunya sisa
Berkilau-kilau
Serupa
neraka yang penuh cahaya
Aku
tersungkur
Jatuh
di rapatnya dosa
Memaki
ribuan kali Sang Mahdi
Tanpa
sekalipun memberinya doa
Keadilan
semacam apakah yang kupahami
Jika
api matahari tak sebanding matahati
Jika
langkah tak lagi sejajar lidah
Tuhan
ampuni hambaMu
Tubuh
mulia ini telah menjadi hina
Sebab
kehinaanku menatah tulangnya
Berulang
kali Kauhidupkan yang mati
Kaubangunkan
menara cahaya, bersama
lantang
ayam mengumandangkan adzan, dan
Bayang-bayang
yang kuseret di sepanjang jaman
Ya
Tuhan
Masih
pantaskah aku meminta
Melangitkan
doa-doa meski aku durhaka
Sebab
segala karuniaMu
Menjadi
beban di seringkihnya imanku
Makale, 05-09-2014
kawan abadi
Kawan,
hari yang pecah di bola mata
Adalah
hariku, harimu
Dipenuhi
hujan tawa, canda dan caci
Lalu
doa-doa menutup awan meluaskan cakrawala
Kita
menguntai senyum seraya menggendong airmata
Menulis
janji di atas batu
Sebab
rindu adalah debu
Kutimba
kenangan itu
Dari
bayang-bayang temaram pagi
Sejak
engkau sembunyi
Abadi berselimut mimpi
Makale,
04-09-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan kalimat yang sopan