oleh: M Djoko 'Ki Jenggung' Yuwono
KISAH GADIS DALAM KEPULAN ASAP
- Judul: Gadis Kretek
- Penulis: Ratih Kumala
- Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
- Tahun Terbit: Maret, 2012
- Halaman: 284 halaman
- ISBN/EAN: 9789792281415 / 9789792281415
MEMBACA sebuah (buku) novel yang berkait dengan sejarah, sungguh menarik. Kita seperti dibenturkan pada masa lalu sebagai perbandingan. Dan, Pramudya Ananta Toer punya bahasa bagus apabila ditanya tentang karya-karya (novel)-nya yang berbau sejarah. Jawabannya taktis: ada kebenaran hulu dan kebenaran hilir. Artinya, ya bisa setengah-setengah. Setengah benar, setengah tidak. Dan, itulah novel, bukan sejarah.
Gadis Kretek apa bisa disebutkan seperti pernyataan Pram itu? Terlalu menyederhanakan persoalan, tentu. Yang jelas, novel ini bercerita tentang seorang Raja Rokok, seorang ayah yang sekarat, yang mengigau tentang sebuah nama: Jeng Yah.
Tentu saja, tiga gadis anaknya yakni Tegar, Karim dan Lebas, bertanya-tanya siapa sebenarnya Jeng Yah itu? Ya, nama itu disebut-sebut saat sang ayah akan meninggal. Maka, dimulailah perjalanan pencarian Jeng Yah oleh tiga bersaudara itu ke penjuru Jawa. Siapa sebenarnya Jeng Yah itu? Di sisi lain, tentu saja, hal ini menerbitkan kagalauan dan kecemburuan sang istri: Purwanti, yang ditinggalkan oleh tiga dara anaknya itu.
Di kota M, tiga gadis itu pun bertemu dengan buruh pelinting (bathil) rokok wanita sepuh, dan bercerita tentang siapa Jeng Yah, kemudian menguak Soerja, ayahanda mereka. Ternyata Jeng Yah itu Gadis Kretek sukses dari kota M yang punya hubungan romantika dengan ayahnya yang menjadi raja rokok Djagad Raja. Ini sekaligus menyentakkan hati tiga dara bersaudara itu, sebab sang ayah yang sekarat itu membangun perusahaan rokok dari (se)-buah kecurangan alias tidak melalui usaha berkeringat seutuhanya.
Ratih Kumala mengemas novel ini secara menarik. Novelnya cukup tebal, cukup menggelitik, mengajak kita untuk menelisik masa lalu di sekitar industri kretek di negeri ini. Ia membawa pembaca untuk menyelami dunia kretek (terutama) di sekitar Kudus dan Magelang, selain Jakarta. Aroma percintaan di masa lalu dan masa kini menjadi benang merah kekuatannya sehingga seperti mengarungi dunia kretek dengan hembusan dan aroma asap rokok plus asmara segitiga.
Keseriusan pengarang dengan risetnya mengingatkan pada Pramudya Ananta Toer dalam menulis novel-novelnya, pekat dengan latar belakang sejarah yang seperti tergambar benar dan meyakinkan. Padahal, itu bisa hanya kebenaran yang ada di hilir, atau di hulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan kalimat yang sopan