Muhammad
Yunus adalah seorang profesor di Bangladesh yang berhasil mendapatkan
penghargaan nobel perdamaian karena konsep Grameen Bank (bank desa) yang dia
terapkan untuk mengentaskan kemiskinan di Bangladesh. Diawali oleh
penelitiannya bersama dengan para mahasiswa, Muhammad Yunus berhasil membuat
sebuah sistem perbankan yang aplikatif dan sesuai untuk mengentaskan kemiskinan
masyarakat di sana.
Bangladesh
tidak memiliki pondasi ekonomi yang kuat pasca melepaskan diri dari India.
Mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani dengan tingkat kemiskinan yang
sangat tinggi. Keberadaan bank konvensional tidak cukup membantu karena --seperti
dipahami secara umum-- bank konvensional hanya mau memberikan pinjaman kepada
masyarakat yang memiliki kolateral (jaminan), padahal hal itu jelas tidak
dimiliki oleh masyarakat miskin dan masyarakat sangat miskin.
Mulai
aktif sejak tahun 1977 dengan jumlah nasabah sebanyak 500 orang, pada tahun
akhir tahun 1982 mengalami penambahan jumlah nasabah sebanyak 28.000 dan bisa
dipastikan semua nasabah itu merupakan masyarakat miskin dan termiskin di
Bangladesh. Keberhasilan sistem yang diterapkan Muhammad Yunus menjadikan
sistem Grameen Bank diadopsi lebih dari 100
negara lain.
Dalam
penerapan sistem perbankan yang dilakukan, Grameen Bank menitik beratkan pada
beberapa hal, yaitu solidaritas, kerjasama kelompok, pengembangan sumber daya
manusia, kerja keras, kejujuran, dan ketepatan sasaran kredit yang disalurkan.
Lebih
dari separuh masyarakat Bangladesh sebelum Grameen Bank beroperasi termasuk dalam kategori sangat miskin. Bahkan
pada saat itu (1976) masyarakat di sana masih banyak yang buta huruf sehingga
tidak memahami berbagai persyaratan rumit yang harus dipenuhi ketika ingin
mengajukan kredit kepada bank konvensional yang ada. Kondisi semacam itu saat
ini sudah sangat jarang terlihat di Bangladesh.
Muhammad
Yunus bukanlah orang kaya raya yang mendermakan semua hartanya untuk diberikan
secara cuma-cuma kepada masyarakat. Ketika memulai proyek awal Grameen Bank,
Muhammad Yunus harus mengajukan pinjaman sebesar 10.000 taka dari Janata Bank.
Selanjutnya Muhammad Yunus menggunakan dana itu sebagai modal pemberian kredit
kepada masyarakat miskin.
Penyaluran
dana yang diberikan Muhammad Yunus melalui Grameen Bank tidak hanya berhenti
pada proses penyerahan dana, tetapi sejak proses seleksi calon nasabah hingga
penyelesaian pengembalian kredit selalu dilakukan secara hati-hati, cermat,
penuh pengawasan, disertai bimbingan dan penanaman nilai-nilai moral yang
menjadi pondasi Grameen bank. Hasil kerja Grameen Bank yang bertolak-belakang
dengan sistem yang ada di bank konvensional selama ini ternyata membuahkan
hasil dan mampu mementahkan stigma mengenai masyarakat miskin yang dianggap
tidak memiliki kemampuan untuk mengembalikan kredit.
Menurut
Muhammad Yunus, masyarakat miskin justru lebih bisa dipercaya mampu
mengembalikan kredit dalam jumlah yang ditentukan setelah melalui analisa yang
cermat, daripada masyarakt kelas menengah ke atas yang selama ini seringkali
menjadi penyebab terjadinya kredit macet dalam jumlah sangat besar sehingga
mempengaruhi perekonomian secara makro. Pemberian kredit yang dilakukan Grameen
Bank dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama melalui penelitian kondisi
sosio-kultural masyarakat di suatu desa, dilanjutkan dengan penentuan calon
nasabah, pemberian penyuluhan kepada nasabah sehingga terdapat kesamaan visi
terhadap rencana penyaluran kreditnya, pembuatan kelompok nasabah yang akan
saling bahu-membahu memikul tanggung jawab, serta bimbingan usaha yang
dilakukan setiap 1 minggu sekali bersamaan dengan penarikan kredit dari
nasabah.
Beragam
kesulitan nasabah akan diselesaikan bersama-sama oleh kelompoknya bersama
dengan penyuluh Grameen bank dan setiap anggota ikut mengemban tugas untuk
berperan aktif sehingga beban anggota kelompoknya dalam mengembalikan kredit
dapat dilakukan tepat waktu. Sistem itu secara langsung nantinya juga akan
mempengaruhi anggota lain karena kredit disalurkan secara bertahap.
Setiap
kelompok terdiri dari 5-8 orang. Tahap pertama penyaluran kredit diberikan
untuk 2 anggota kelompok. Setelah 1 atau2 bulan penerima kredit itu lancar
membayar cicilan, maka anggota ke 3 dan 4 baru dapat menerima kredit. Begitu
seterusnya sampai seluruh anggota dapat memperoleh kredit.
Konsentrasi
utama penyaluran kredit adalah kredit usaha mandiri, kredit pembangunan rumah,
dan kredit untuk kebutuhan pendidikan. Tidak jarang Grameen Bank menarik bunga
sebesar 0% untuk kredit tertentu, atau dengan kata lain kredit tersebut
benar-benar tanpa bunga.
Hal
semacam itu bisa dilakukan karena proses operional usaha yang paling pokok bisa
dilakukan di kantor pusat saja, sedangkan untuk cakupan yang lebih kecil bisa
langsung dilakukan oleh masyarakat yang berperan sebagai nasabah sekaligus
pengelola. Dalam setiap kelompok dipilih seorang ketua kelompok yang akan
mengorganisir anggotanya. Melalui metode tersebut, Grameen Bank tidak
membutuhkan pegawai dalam jumlah yang sangat banyak sehingga dapat menekan
biaya operasi mereka.
Melihat
kenyataan bahwa sistem ekonomi pasar yang berjalan selama ini tidak berpihak
kepada rakyat kecil (masyarakat miskin), metode Grameen Bank ini bisa diadopsi.
Sebenarnya Indonesia pernah memiliki perangkat untuk melakukan hal semacam itu
andaikata Koperasi Unit Desa (KUD) yang dulu sempat ada dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat, kita tidak
dapat menggantungkan diri pada sistem ekonomi kapitalis yang justru hanya
menguntungkan masyarakat kelas menengah ke atas saja karena mereka memiliki
sumber daya ekonomi yang kuat, tetapi kita juga harus berani melakukan
terobosan langsung untuk menembus dominasi sistem kapitalis tersebut sehingga
jurang perekonomian antar kelas masyarakat dapat dikurangi.
(Penulis) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan kalimat yang sopan